Yantra atau dikenal di Bali dengan Rerajahan adalah hal yang sama memuat akan hal gaib dari ajaran Tantrik. Yantra dalam bahasa Sanskerta artinya ‘mesin’. Yantra itu adalah bahasa bawah sadar atau dialog antara bawah sadar dengan kesadaran universal.
Beberapa yantra diketahui menangkis energi negatif dan ilmu hitam. Yantra semacam itu telah digunakan sebagai jimat perlindungan. Para yogi terus mengalami bahwa berkonsentrasi dan bermeditasi pada sebuah yantra memberi mereka pintu gerbang menuju tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
Seperti yang kita ketahui Semesta adalah korelasi matematis antara getaran, suara dan bentuk. Semua materi hanyalah simetri matematika dari getaran frekuensi partikel energi. Frekwensi Alam semesta tidak dapat dibaca sampai kita mempelajari bahasa alam.
Oleh orang pintar diterjemahkan dalam tulisan seperti kode matematika dan huruf-hurufnya adalah garis-garis, segitiga, lingkaran, dan figur geometris lainnya, yang tidak bisa diterjemahkan orang awam. ( Seperti halnya kode sandi morse Pramuka).
Pola geometris pada yantra adalah bahasa alam semesta dan setelah disalurkan, ia melampaui multi-dimensi untuk memanifestasikan frekuensi yang dipikirkan pengguna. Yantra mengubah frekuensi suatu tempat. Pola geometris Yantra, mengubah getaran ruang tempat ia ditempatkan.
Mengapa Yantra dianggap penting?
Dalam Tantra, Rerajahan / Yantra dianggap sebagai bentuk fisik dari energi ilahi yang kuat dan mantra dianggap sebagai energi itu sendiri. Energi-energi ini memiliki kekuatan untuk mengubah kesadaran dan menciptakan realitas.
Sesuai Hukum Ketertarikan, pikiran adalah bentuk energi yang keluar ke alam semesta dan menarik energi serupa ke sumbernya. Energi tidak lain adalah gelombang dengan getaran dan frekuensi. Jika pikiran adalah energi, ia bergetar pada frekuensi tertentu. Bukan hanya pikiran kita, kata-kata kita juga energi. Dan pikiran dan kata-kata bersama-sama memiliki efek majemuk pada getaran yang kita hasilkan.
Yantra umumnya muncul dari adanya budaya. Pengetahuan akan spiritual yang mendalam dan inti dituangkan dalam bentuk tulisan simbol-simbol. Apalagi pada jaman batu tidak ada alat tulis seperti sekarang, tentunya sangat sulit untuk menulis banyak.
Yantra di buat untuk mewakili arti dan makna yang komplek / banyak dalam satu susunan untuk penggunaan tertentu. Seiring waktu mengalami banyak penambahan unsur seni, seperti modre, kaligrafi, lukisan, dll.
Beberapa yantra diketahui dapat menangkal energi negatif dari ilmu hitam. Yantra semacam itu telah digunakan sebagai jimat perlindungan. Para yogi mengalami bahwa berkonsentrasi dan bermeditasi pada sebuah yantra dapat sebagai media pintu masuk menuju tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
Dalam Yoga Kundalini kita memiliki representasi simbolis dari kekuatan-kekuatan bawah sadar dalam bentuk yantra pada setiap sampul nadi atau setiap cakra-cakra.
RERAJAHAN BALI
Rerajahan bisa bermanfaat sesuai dengan tujuannya apabila dari si pembuat benar-benar mampu membuat Hidup hal itu. Yang membuat berjiwa / hidup itu adalah tak lain dari Energi, bahwa disetiap benda terbentuk karena partikel atom. Alam ini penyuplai energy, sang pembuat rerajahan memanfaatkan energy alam.
Dalam Yoga Kundalini kita memiliki representasi simbolis dari kekuatan-kekuatan bawah sadar dalam bentuk yantra pada setiap sampul nadi atau setiap cakra-cakra.
Berbagai bentuk dan jenis Yantra hanyalah suatu media untuk mengarahkan pikiran si pembuat agar energy dapat diperintahkan sesuai dengan rerajahan yang dibuat.
Banyak orang menggunakan media penghubung antar energi yaitu Air, Kristal, Emas, Tembaga, Perak, Permata, dll. Semakin murni tingkat kandungannya semakin bagus media itu, seperti halnya Air Kelapa /Bungkak akan jauh lebih baik dari Air keran.
Lah kok Bisa ? Misalkan gini…
Seorang praktisi prana menggunakan media air, kristal yang diberikan energy sebagai media penyembuhan, kemudian dengan perintah pikirannya, tidak peduli apakah dia memakai Bahasa Bali, Inggris, India ataupun bahkan bahasa Rusia … dia menyimpan energy itu disana untuk sekian lama agar dapat menyembuhkan.
Sadar maupun tak disadari dia mengatur tuning chanel tingkat frekwensi pikiran yang keluar untuk menangkap dan berada pada jalur frekwensi yang sejenis di alam.
( Seperti pemancar dan penerima gelombang TV).
Energi itu selalu ada di alam memenuhi segala ruang, dan energi tidak peduli jenis Bahasa dan Huruf yang digunakan. Seperti halnya kita di indonesia menyebut Mawar dan di barat mengatakan Rose, yang dimaksud dan dituju itu sama.
Pikiran si yang ngerajah, ibaratkan gelombang frekwensi, dengan setelan gelombang sekian …Hz tertentu mensinkronkan dengan frekwensi di alam agar terhubung.
Contoh simplenya seperti ini :
Seperti alat elektronik hidup ; IC, Dioda kapasitor didalamnya pasti mengandung Kristal. Kristal ini digunakan untuk Melipat gandakan, menyimpan dan mengalirkan energy listrik itu sesuai dengan kapasitas yang diperlukan. Jadi muatan listrik sebenarnya sudah ada terus mengalir, namun jika tidak ada media sebagai penampung, penghabat arus dan penghubung dia tak akan bekerja maksimal (numpang lewat seperti kabel jadinya).
Kenapa hampir semua rerajahan di buat agar terlihat seram ?
Hal itu tergantung tiap individu si pelukis.
Dia mengekpresikan Taksunya, bahkan ada sampai matanya mendelik dan menahan nafas saat menggambar itu, dan ada membayangkan dirinya agar seram sesuai dengan tujuan.
Sebagian orang yang menginginkan rerajahan untuk menambah kekuatan terutama untuk diri sendiri, lebih suka memakai hal-hal yang kelihatannya lebih seram, antik dan unik.
Contoh lainnya, gambar Kucing, lukisannya serem banget, padahal kucing sebenarnya hello kitty banget. Sejauh ini belum ada yang mau menggunakan gambar bunga Mawar, kecuali rerajahan Tattoo.
Dengan itu dia menambah Keyakinannya dan Sugesti pada pikirannya bahwa hanya dengan jenis simbol itu akan mampu terlaksana sesuai tujuannya.
Misalkan :
Dalam pembuatan pengulap-ulap, pengider ider, Krudung Rangda, dll …
Simbol gambarannya itu bisa saja di cetak dengan cara Digital Print atau Sablon untuk dapat dijual kebanyak orang.
Namun itu belum magis atau berenergi menghidupkan, jadi ditaruh sembaranganpun tidak masalah.
Itu berarti bukan bentuk dan jenis simbolnya yang Magis atau Hidup, tapi karena belum ada muatan energi yang sesuai.
Kenapa ?
Karena si pencetak saat itu tidak menggunakan Kekuatan pikirannya saat mencetak tiap titik, tiap garis dari simbol itu (Menyatukan pikiran atau bisa juga istilahnya Sabda Bayu Idep).
Simbol itu tentu saja kalau sudah mampu dapat diganti dengan sesuka hati, asalkan kita tau caranya memanfaatkan energy itu agar sesuai dengan keinginan.
Namun kita lebih baik menggunakan yang sudah ada daripada tambah ribet mencoba-coba yang belum tentu bisa diyakini penuh.
Kenapa orang-orang membuat bentuk Rerajahan yang berbeda?
Seperti penjelasan diatas, setiap guratan symbol adalah media mempermudah diri untuk penyatuan kekuatan pikiran, agar energi dapat tersimpan. Jenis A untuk begini, Jenis B untuk begitu, dll.
Misalkan, jika saya hendak mensuarakan Do, pastilah saya tulis 1 bukan 3.
Orang yang sudah terikat akan aturan-aturan seperti demikian akan dapat dengan cepat memusatkan pikirannya, karena tiap huruf sudah diberikan arti dan makna sebelumnya (Doktrin).
Seperti halnya 9 nama Dewata sudah di doktrin bentuknya begini, warnanya begini, letaknya di sana, untuk begini.. dll.
Hal itu akan jauh lebih memudahkan kita dalam memusatkan pikiran pada yang dituju.
Dan jangan diabaikan juga, bahwa kesepakatan doktrin di alam Skala juga berlaku pada alam Niskala sesuai dengan wilayah masing-masing. Karena kespakatan dapat menciptakan kumpulan energy pikiran lebih besar secara berkelompok. Dari kesepakatan bersama itu, energy dapat mempengaruhi pikiran seseorang, entah yang dipengaruhi itu percaya atau tidak semasih berada dalam kelompok energy itu maka gelombang pikiran dianya pun ikut terpengaruh ( sadar / tak sadar) kecuali energy pikiran orang ini lebih kuat dari energy kelompok itu .
Kembali lagi ke hal diatas Rerajahan yang belum Hidup.
Untuk memberi kegaiban akan rerajahan, Misalkan Krudung Rangda diatas,… Untuk penggunaan yang lebih luas seperti untuk lingkup di banjar, tentunya memerlukan energi lebih besar dari hanya untuk keperluan pribadi.
Untuk itu sangat susah mencari orang untuk dapat melakukan itu.
Oleh karenanya mereka melakukan penghidupan dengan melakukan penganugrahan di Pura Dalem atau di mrajapati misalkan.
Nah dengan keberbersamaan yang terhimpun menjadi satu dan kekuatan daya pikiran dari tiap individu yang berdoa kemudian di lipatgandakan dalam satu tempat menciptakan energi pikiran yang lebih besar melalui sebuah tempat di Pura atau kuburan yang mereka sudah sangat yakini akan kegaibannya.
Dari tempat itu energy terkumpul makin besar dalam rerajahan sesuai dengan arahan doa pikiran. (seperti media Kristal contoh diatas).
Makanya tidak bisa sama daya magis rerajahan yang didapat di tiap wilayah, karena itu tergantung lagi pada cara yang tepat dan kemampuam dari yg menghidupkan.
Jangan kemudian mengatakan Dewa-Dewi yang di dipuja saat itu dibilang tidak Menganugrahi berkah pada rerajahan yang dibuat, kalau tidak sesuai harapan. Para Dewa Dewi hanya menjalankan tugasnya sesuai hukum alam akan memenuhi jika sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Itu berarti jika Output frekwensi tidak sesuai atau kekuatan pikiran belum memadai untuk dapat berada dalam channelnya maka itu tidak akan bisa berhasil dengan baik.
Yang termasuk Yantra / Rerajahan itu banyak seperti : Yantra Maha Laksmi, Shriyantra, Ganesha, Citak Merajah ( Untuk pondasi bangunan), Pura / Kuil, Gegemet, Cakra dan Simbolnya, dll.
Pemanfaatan Yantra dan Rerajahan itu sangat tergantung pada yang menggunakannya, apakah untuk tujuan Positif atau ke hal negatif, itu kembali lagi ke tiap individu.
Dan ingatlah selalu bahwa Setiap tindakan akan menghasilkan reaksi. Dan begitu juga dengan penggunaan rerajahan yang dalam pemakaiannya akan mendatangkan reaksi balik (entah itu positif atau negatif).
Geometri Sakral dan Suci
Geometri sakral yang suci melibatkan pola universal yang sakral yang digunakan dalam desain segala sesuatu dalam realitas kita, paling sering terlihat dalam arsitektur sakral dan seni sakral. Keyakinan dasar adalah bahwa geometri dan rasio matematika, harmonik dan proporsi juga ditemukan dalam musik, cahaya, kosmologi. Sistem nilai ini dipandang tersebar luas bahkan di masa prasejarah, suatu universal budaya dari kondisi manusia.
Hal ini dianggap mendasar untuk membangun struktur suci seperti kuil, pelinggih pura, megalit, monumen, dan bangunan; ruang sakral seperti altar, temenoi dan penciptaan seni keagamaan, ikonografi dan menggunakan proporsi “ilahi”.
Geometri sakral dapat dipahami sebagai pandangan dunia tentang pengenalan pola, sistem simbol dan struktur keagamaan yang rumit yang melibatkan ruang, waktu dan bentuk. Menurut pandangan ini, pola-pola dasar keberadaan dianggap sebagai suci. Dengan terhubung dengan ini, seorang percaya merenungkan Misteri besar, dan desain hebat. Dengan mempelajari sifat dari pola-pola, bentuk-bentuk dan hubungan-hubungan ini dan hubungannya, wawasan dapat diperoleh ke dalam misteri – hukum dan pengetahuan Alam Semesta.
Banyak bentuk yang diamati di alam dapat dikaitkan dengan geometri (untuk alasan yang jelas optimasi sumber daya). Sebagai contoh, nautilus bilik tumbuh pada tingkat yang konstan sehingga cangkangnya membentuk spiral logaritmik untuk mengakomodasi pertumbuhan itu tanpa mengubah bentuk. Juga, lebah madu membangun sel-sel heksagonal untuk menahan madu mereka. Hal Ini dan korespondensi lainnya dilihat oleh orang yang percaya dalam geometri suci sebagai bukti lebih lanjut dari signifikansi kosmik bentuk geometris. Tetapi beberapa ilmuwan melihat fenomena seperti itu sebagai hasil logis dari prinsip-prinsip alam.
Seni dan Arsitektur
Dalam peradaban kuno, rasio emas (Jaman Keemasan dalam hindu) dari sebuah geometri yang sakral sering digunakan dalam desain seni dan arsitektur, dari spiral sederhana hingga desain yang lebih kompleks. Saat ini geometri sakral masih digunakan dalam perencanaan dan pembangunan banyak struktur seperti Pura, kuil, monumen keagamaan, altar, tabernakel, ruang suci dan penciptaan seni keagamaan lainnya.
Orang Mesir dulunya menggunakannya untuk memandu pembangunan Piramida. Arsitektur Athena kuno diperkirakan didasarkan pada konsep geometri.
Fiksi dari Simbolog Harvard, Robert Langdon, mencoba mengungkap misterinya dalam novel The Da Vinci Code. “Ini” adalah rasio emas, proporsi geometris yang telah diteorikan sebagai yang paling menyenangkan bagi mata dan telah menjadi akar misteri yang tak terhitung jumlahnya selama berabad-abad. Sekarang, seorang insinyur Universitas Duke telah menemukan itu sebagai batu loncatan yang menarik untuk menyatukan visi, pemikiran dan gerakan di bawah satu hukum desain alam.
Rahasia Geometry Yantra
Realitas adalah hologram kesadaran yang diatur dalam waktu linier untuk mengalami dan merekam emosi manusia. Realitas didasarkan pada sains dan algoritma matematika. Istilah “geometri sakral yantra” sering digunakan oleh para arkeolog, antropolog, ahli geometri, dan ahli metafisika untuk mencakup kepercayaan agama, filosofis, dan spiritual yang bermunculan di sekitar geometri ini dalam berbagai budaya selama eksperimen biogenetik manusia.
Sacred Geometry disingkat SG merujuk Stargate, Roda Waktu atau Karma yang melaluinya kita mengalami dan berevolusi.
Kita adalah percikan jiwa cahaya yang memiliki pengalaman fisik, kesadaran kita menurun melalui pola rasio emas (Dari Jaman Keemasan dalam Hindu), sekarang akan membalikkan secara spiral (berputar) dan kembali ke sumber kesadaran dan cahaya (untuk kembali mencapai seperti pada jaman keemasan).
Memahami realitas berarti berfokus pada pola-pola yang telah berulang sepanjang waktu, seolah-olah pada oktaf yang lebih tinggi dengan setiap pengalaman yang diprogram untuk jiwa-jiwa. Ilmu pengetahuan Yantra dan fiksi ilmiah bergabung pada abad kedua puluh satu ketika semua menjadi jelas dan sifat realitas, yang didasarkan pada desain geometris dari Yantra yang sakral, benar-benar tidak rumit itu untuk dapat dipahami.
Lebih lanjut Detail tentang Yantra, Prinsip dan cara penggunaannya.