Yang Mutlak
Untuk memahami sifat Yang Mutlak dan aspek relatif dari Yang Nyata, kita akan membuat analogi, yang tidak boleh dipahami secara harfiah, karena Yang Mutlak tidak dapat didefinisikan.
Mari kita bayangkan lautan yang tak berujung dan sangat dalam. Permukaan airnya begitu damai dan tenang sehingga hampir tidak terlihat. Ini adalah referensi, dasar dari semua perbandingan.
Bayangkan sekarang, di permukaan laut tiba-tiba muncul gelombang yang menimbulkan getaran. Getaran ini membuat permukaan air yang hampir tak terlihat menjadi terlihat.
Secara analogis, ketika getaran diproduksi menjadi Yang Mutlak, itu menjadi nyata, terlihat. Kita menyebutnya ‘realitas relatif’.
Hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa lautan merupakan elemen pemersatu yang menembus dan menyelaraskan semua realitas relatif. Inilah mengapa Samudera bisa disebut Keberadaan Absolut atau Kesadaran Murni.
Kita dapat menghasilkan gelombang di permukaan, tetapi tingkat yang lebih dalam tidak akan pernah terganggu. Mereka akan selamanya dalam keadaan damai (tenang).
Kita dapat mengatakan bahwa gelombang besar dan berisik (frekuensi rendah) sesuai dengan tingkat realitas relatif yang lebih rendah, dan riak halus dan cepat (frekuensi tinggi) sesuai dengan tingkat perwujudan yang lebih tinggi.
Jika kita bertanya kepada fisikawan kuantum terbuat dari apa elektron, dia akan menjawab bahwa elektron adalah pola gelombang yang bergetar pada frekuensi tertentu yang menentukan energinya.
Jika kita akan bertanya kepada fisikawan Apa itu yang bergetar, dia akan menjawab ‘tidak ada yang tahu’. Dengan menggunakan analogi lautan, kita dapat mengatakan bahwa elektron adalah gelombang di permukaan laut.
Gelombang ini bergetar dibandingkan dengan tingkat Kesadaran Murni yang dalam. Oleh karena itu kita akan dapat menjawab pertanyaan Apa yang bergetar dalam elektron dengan mengatakan bahwa unit kesadaran murni bergetar di sana.
Ketika kita memahami bahwa Realitas terdiri dari dua aspek: yang satu adalah dasar lautan dan yang lainnya adalah permukaan yang bergetar, kita menyadari bahwa jiwa dan materi muncul dari esensi fundamental yang sama.
Materi padat diekspresikan sebagai gelombang besar dan lambat di permukaan laut (frekuensi rendah, amplitudo besar) (yang merupakan manifestasi kesadaran yang lebih terbatas), sedangkan pikiran, misalnya, seperti gelombang yang sangat halus dan cepat. riak (frekuensi tinggi, amplitudo kecil) (yang merupakan manifestasi kesadaran yang lebih intens dan bebas).
Lebih dalam ke analogi ini, kita dapat mendefinisikan Yang Mutlak sebagai getaran halus yang tak terhingga dengan amplitudo nol dan frekuensi tak terhingga.
Dalam situasi ini, kita memiliki permukaan yang sangat tenang yang mengandung energi yang luar biasa. Kita menyebut energi ini ‘potensi kreatif’.
Energi yang sangat kuat dan sangat halus ini juga diberkahi dengan kebijaksanaan, yang memberikan kepada setiap sistem bakat organisasi otomatis (dapat berfungsi secara keseluruhan).
Semakin berkurang amplitudo, semakin tinggi energi (frekuensi) dan semakin dekat puncak gelombang getaran. Ketika getaran menjadi begitu cepat dan puncaknya begitu dekat sehingga dapat diidentifikasi satu sama lain, keadaan ‘kuasi-statis’ tercapai, di mana gerakan tetap potensial.
Kemudian energi sistem menjadi tak terbatas. Oleh karena itu, Yang Mutlak adalah keadaan di mana yang berlawanan (puncak dan lembah) menjadi satu. Dengan demikian, gerakan dan istirahat menyatu menjadi satu.
Yang Mutlak memahkotai hierarki realitas relatif, pada saat yang sama menjadi sumbernya. Dalam transendennya “bentuk”, Yang Mutlak adalah dinamisme potensial, sedangkan setelah terwujud, ia menjadi sumber dan fondasi seluruh Alam Semesta, dari materi fisik hingga realitas paling halus.